Skip to content

Belajar Syukur dari Kisah Ibu Tihamamah

  • by

Ibu Tihamamah (36 th) tinggal bersama dua anaknya yaitu Fadhilah (8 th) dan Omar (5 th). Ia sudah ditinggal oleh suaminya sejak 5 tahun lalu. Sang suami meninggal tiba-tiba saat pergi bertani ke sawah. Kini ia harus menghidupi kedua anaknya seorang diri. Ia membuka jasa permak pakaian di rumahnya dengan penghasilan harian 30 ribu. Sesekali jika orderan meningkat, ia mendapat 50 ribu dalam satu hari.

Di bawah rumah beratapkan daun rumbia, mereka bertiga hidup sederhana. Saat atap rumah bocor pun ia berusaha memperbaikinya sendiri agar tak merepotkan orang lain. Ia hidup dengan penuh optimisme dan rasa syukur. Tak sekalipun ia mengeluhkan kondisi hidupnya yang penuh keterbatasan.

Fadhilah merupakan salah satu penerima Beasiswa Ehsan Yatim. Sang ibu berterima kasih kepada donatur yang telah mewujudkan beasiswa untuk Fadhilah sehingga Fadhilah dapat belajar dengan baik di sekolah dan bersemangat menghafal al-qur’an. Tim Global Ehsan Relief Indonesia sempat menyimak hafalan surah Al-Balad yang dilantunkan begitu merdu oleh Fadhilah. Ia adalah murid yang hebat dan baru-baru ini memenangkan  lomba tahfiz di sekolahnya. Ia bersyukur sekali mendapatkan bantuan pendidikan untuk anaknya dari GER Indonesia.

Saat kami menanyakan hal apa yang sekiranya perlu dibantu untuk hidupnya, ia bersyukur atas apapun yang telah Allah berikan untuknya. Baginya kondisi apapun yang ia hadapi saat ini merupakan rahmat dari Allah yang harus disyukuri. Ia memegang prinsip untuk tidak melihat apa yang dimiliki oleh orang lain, cukup melihat apa yang kita miliki dan mensyukurinya sehingga Allah akan mencukupkan kebutuhan lainnya. Sungguh hal ini merupakan pelajaran berharga bagi kita semua untuk lebih memupuk rasa syukur kita dalam menjalani hidup.

Ibu Tihamamah dan Fadhilah penerima Beasiswa Ehsan Yatim Global Ehsan Relief Indonesia yang berprestasi

Leave a Reply